Box of Heart: Jadi prioritas nolongin yang mana dulu? Ada ya aturannya?

Standard

Ya, seperti yang kalian semua tahu, Gaza kembali diserang. Palestina kembali berduka. Tweet kedukaan tersebar, tagar doa dimana-mana, seruan uluran bantuan pun berdatangan. Aku memang belum punya upaya untuk membantu secara fisik. Namun, aku tidak meragukan kekuatan doa. Terserah “orang orang” yang katanya berfikir luas, katanya… (yang pikirannya katanya terbuka) itu menyangkal sebesar apapun tentang doa dengan logika terbatas kemampuan manusia.

Aku tidak ingin menceritakan serangan apa yang terjadi. Aku hanya kesal, orang-orang itu hanya memberi kritik kritik dan kritik. Kritik everywhere. “Urusin dulu tuh urusan bangsa sendiri, urusin tuh ketidakadilan, kemiskinan, di negara sendiri aja masih amburadul udah sok nolongin daerah orang.” Heartbreaking. Wahai “orang-orang itu”, saudaraku yang tersadarkan, kalian tau apa sih tentang mereka yang menolong orang-orang di medan perang disana? Kalian tau keseharian mereka? kalian belum liat mereka waktu mereka nolong orang orang yang butuh bantuan di negara sendiri, masuk ke pelosok berbulan bulan, bersama komunitasnya membuat program untuk daerah daerah terpencil lebih maju lagi? Apa kalian sekali aja pernah ikut bersama mereka? Kalau kalian pernah, kritik kritik kayak tadi nggak akan ke publish menjadi tweet kalian. Kalau niatnya menolong atas dasar ketulusan, mau orang yang ditolong itu saudara bangsa sendiri, atau sama sama manuasia dimanapun dia tinggal, nggak perlu dimasalahin.

Kalian yang katanya peduli, sejauh apa sih kepedulian kalian sama yang “seharusnya ditolong” menurut kalian? Share kultwit? Kalian bilang ngapain ngurusin konflik di negara orang, sedangkan di negara sendiri aja belum bener. Kalian pernah liat mereka nggak peduli sama bangsanya sendiri, saudara setanah airnya sendiri? Kalian juga kenapa ngatur orang yang mau nolong orang di luar sana, itu nggak salah kok.

Baik sih kritik lewat media sosial, pencerdasan ke orang orang di media sosial, kultwit dan share pengetahuan. Ya… selain kritik, pernah kalian turun ke lapangan untuk ikut membantu? pernah kalian mengajak teman-teman dan followers kalian beraksi untuk Indonesia yang lebih baik? atau cukup dengan melihat sesuatu yang dapat dikatakan benar atau salah lewat depan laptop?

Disaat memang kami yang ingin menolong, kalian pun hanya menonton lalu tertawa. Sudah lebih cerdas kah kalian? Kalau kalian lebih cerdas, mengapa belum kalian buktikan? Cukupkah lewat identitas diri di media sosial?

Disaat kalian selesai membaca ini, cukup kah kalian menertawakan, wahai kalian yang pintar?

Sederhana

Standard

I might be in love with you now. I like your future visions.

 
Dalam diam namun saling mendoakan.
 
Biarkan perasaan ini mengalir apa adanya. 
Menyukai yang sepantasnya secara sederhana.
Hingga waktunya memang tepat. 
Hingga nanti saatnya aku tau kamu benar direncanakan Tuhan untukku. 

Surat Untuk Para Pemimpin Indonesia

Standard

 

Surat ini diperkenalkan kepada saya dan seluruh peserta Festival IYC 2013 tanggal 6 Juli 2013, Sabtu lalu. Surat ini dibuat oleh Handry Satriago (President of GE Indonesia). Pak Handry sebagai narasumber pada surprise session. Yes, nama juga surprise session panitia Festival IYC berhasil membuat surprise buat pesertanya yang ditandai dengan riuhnya tepuk tangan saat itu.
 
Oke lanjut lagi.
Judulnya Surat Unruk Para Pemimpin Indonesia.
Buat saya dan kamu, the next Indonesia leaders, ini bisa jadi motivasi kita 🙂
Saya sendiri terketuk hatinya ketika mendengarkan surat tersebut langsung dari Pak Handry.

 
Surat Untuk Para Pemimpin Indonesia

Handry Satriago

CEO GE Indonesia
BRI II Tower, 16th Floor
JL. Jend Sudirman No. 44-46.
Jakarta 10210
Indonesia

T +62 21 573 0466
F +62 21 573 0561

Jakarta, 9 July 2012

Kepada para pemimpin Indonesia masa depan
Di manapun Anda berada
Di dunia yang semakin global

   Saat saya menulis surat ini kepada Anda, dunia yang saya huni ini mampu membuat 112 buah mobil dalam 1 menit, menerbangkan orang non-stop dari Singapura ke New York dalam 18 jam, dan menghasilkan produk “Made in The World” seperti celana jeans yg saya pakai sekarang. Karena, walaupun saya beli di Bandung dan berlabelkan “Made in Indonesia”, celana ini melibatkan lebih dari 15 negara dalam value chain pembuatannya.

   Malam ini, ketika surat ini saya ketik dengan komputer yang mampu mengumpulkan 411 juta informasi dalam 0.23 detik untuk pencarian kata “leadership”, saya membayangkan keterbatasan mencari pengatahuan yang dihadapi ayah saya, saat mimpinya untuk sekolah sirna karena perang yang berkecamuk. Saya memikirkan daya apa yang dimilikinya, sehingga dia berani mendobrak keterbatasannya dengan merantau dan berjibaku untuk survive di berbagai kota di Sumatera hingga akhirnya sampai di Jakarta, Tidakkah dia takut dengan keterbatasannya? Usianya baru 15 tahun saat itu, dan hidup tidak berjalan seperti yang dia inginkan.

   Saya juga terkenang dengan peristiwa mengerikan yang saya hadapi sendiri pada tahun 1987, ketika saya tiba-tiba divonis menderita kanker lymphoma non-hodkin- kanker kelenjar getah bening, yang tumbuh di medulla spinalis saya dan merusaknya sedemikian rupa sampai saya kehilangan kemampuan untuk berjalan. Bulan-bulan yang melelahkan karena harus berobat ke sana ke mari, dan akhirnya berujung kepada keharusan menjalankan hidup dengan menggunakan kursi roda. Saya ingat betul betapa takutnya saya untuk menjalani hidup saat itu.

Keterbatasan menghadang di banyak hal.

   Usia saya baru 17 tahun waktu itu, dan hidup berjalan jauh dari yang saya harapkan. Apa yang bisa dilakukan ketika keterbatasan seakan menjelma menjadi tembok besar dan ketakutan adalah anak panah berapi yang terus dilontarkan kepada kita sehingga kita tidak berani maju dan terus mundur? Saya, dan mungkin juga ayah saya waktu itu, memulainya dengan menerima kenyataan. Menerima bahwa jalan tidak lagi mulus, bahwa lapangan pertempuran saya jelek, dan amunisi saya tidak lengkap.“Reality bites” kata orang. Betul itu. Tapi menerima “gigitan” itu berguna untuk membuat kita mampu menyusun strategi baru. Menghindarinya atau lari darinya justru membuat kita terlena mengasihani diri kita terusmenerus dan menenggelamkan kemampuan kita untuk dapat melawan balik.

Kemudian saya mengumpulkan kembali puing-puing mimpi saya. Tidak!

   Mimpi tidak akan pernah mati. Manusia bisa dibungkam, dilumpuhkan, bahkan dibunuh, tapi mimpi tetap akan hidup. Ketika keterbatasan dan ketakutan melanda, mimpi kita mungkin pecah, runtuh, dan berserakan, tapi tidak akan hilang. Dengan usaha keras, kita bisa menyusunnya kembali, dan ketika mimpi telah kembali utuh, ia akan hidup, menyala, dan memberikan cahaya terhadap pilihan jalan yang akan ditempuh untuk mewujudkannya.

   Dua puluh enam tahun menjalani kehidupan dengan kursi roda membuat saya semakin yakin bahwa Yang Maha Kuasa memang telah menciptakan kita untuk menjadi makhluk yang paling tinggi kemampuan survival nya di muka bumi ini. Kita diberikan rasa takut, yang merupakan mekanisme primitif yang dimiliki organisme untuk survive, yaitu keinginan untuk lari dari ancaman, atau… melawannya!. Ketika pilihannya adalah melawan, maka perangkat perang telah disiapkanNya untuk kita. Perangkat itu terwujud dalam kemampuan bouncing back—daya pantul, yang jika digunakan mampu membuat kita memantul tinggi ketika kita dihempaskan ke tanah. Kitalah yang bisa membuat daya pantul itu bekerja. Jika kita tak ingin melawan, perangkat perang tersebut bahkan tidak akan hadir.

   Berpuluh kali, atau beratus kali atau mungkin beribu kali saya diserang rasa takut ketika menjalani kehidupan dengan kursi roda ini. Ketika membuat pilihan kembali ke sekolah, ketika menyeret kaki untuk menaiki tangga bioskop agar bisa menemani wanita pujaan menonton, ketika memutuskan untuk kuliah, ketika menghadapi 4 lantai untuk bisa praktikum kuliah, ketika harus menjalani kemoterapi, ketika memulai bekerja, ketika naik pesawat, ketika akhirnya bisa ke luar negeri, ketika melamar calon istri, ketika mulai bekerja di GE yang penuh dengan orang General Electric International Operations Company, Inc. asing, ketika menerima tawaran untuk mempimpin GE di Indonesia….Saya takut. Tembok besar berdiri tegak, angkuh, dan ribuan panah berapi menghujami saya.

   Namun seiring dengan rasa takut yang timbul tersebut, mimpi saya untuk dapat menjalankan dan menikmati hidup menerangi jalan yang ingin saya tempuh. Dan ketika perangkat perang—semangat untuk memantul, saya gunakan, saya seakan menjelma menjadi jenderal yang siap perang, yang didukung oleh ribuan pasukan—keluarga, teman, bahkan orang yang tak dikenal, yang tiba-tiba hadir karena mereka percaya terhadap keyakinan saya. Saya maju berperang, dengan keyakinan bahwa peperanganlahyang harus saya jalani, saya nikmati. Hasil peperangan sendiri tidaklah terlalu penting, karena kalaupun kalah, toh saya akan berperang lagi. Kalau mati, saya akan mengakhiri perang dengan senyum, karena saya tahu saya telah berjuang dengan sebaik-baiknya. Sang Pencipta lah yang pada akhirnya memilihkan hasil dari perjuangan kita.

   Menjadi pemimpin bermula dari memimpin diri sendiri. Mewujudkan mimpi yang ingin dicapai. Tidak perlu membayar orang untuk menjadi pengikut. Jika mereka melihat anda dengan penuh keyakinan berani mempimpin diri anda sendiri, mereka akan mengikuti dan membantu anda dengan tulus, serta percaya pada kepemimpinan anda.

   Saat saya menulis surat ini kepada Anda, dunia tempat saya hidup sekarang ini menghasilkan pendapatan kotor setahun $70 triliun. Sekitar 40% dari pendapatan dunia tersebut dihasilkan oleh 500 korporasi terbesar dunia, dan tidak ada satu pun yang berasal dari negara kita (133 dari Amerika Serikat, 79 dari China, 8 dari India). Terdapat sekurangnya 136 negara yang berkompetisi di dunia ini untuk mendapatkan keuntungan terbanyak dari proses ekonomi global, dan daya saing Indonesia terukur pada ranking 46. Singkat kata, kita masih belum menjadi pemeran utama di panggung dunia yang tak berhenti mengglobal.

Pekerjaan rumah anda sebagai pemimpin Indonesia tidaklah mudah.

Tidak berarti, tembok besar dan ribuan panah api bisa menghentikan langkah anda untuk berperang.

 
***
 
How’s your feeling after read this?
Ya, kita tetap akan menjadi pemimpin Indonesia masa depan. 🙂 

Jangan batasi doa dengan akal

Standard

Merasa awkward waktu minta ke Tuhan tentang sesuatu yang hampir tidak mungkin? 

Yakini kuasa Tuhan tidak terbatas. Tuhan Maha Berkehendak.

Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar api yang akan membakar dirinya (saat ia dihukum karena merusak berhala) menjadi dingin. Api yang dingin, sesuatu yang diluar akal. Dikabulkan? Ya, Allah kabulkan.

Nabi Musa dapat membelah laut dengan tongkatnya. Mungkin? Masuk akal? Tapi Allah bisa melakukannya. Kuasa yang luas.

Tetap berprasangka baik keapada Tuhan. Allah Maha berkehendak. Jangan batasi doa dengan akal. Doa apapun bisa terkabul, jika Allah meridhai.

9 to 5 and 5 to 9

Standard

Ketika kamu melihat temanmu yang lebih sukses dari kamu padahal sebagian waktunya dihabiskan bersama dengan kegiatan yang sama, alur yang sama, tempat yang sama, waktu yang sama (anggaplah dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore selalu bersama), lihatlah waktu setelah itu (jam 5 sore hingga jam 9 pagi), apa yang temanmu lakukan disaat saat itu? Mereka melakukan hal hal yang lebih dari apa yang tidak kamu lakukan pada jam jam tersebut. Sehingga pencapaian di sisa waktu pun berbeda. Ketahui lebih banyak apa yang tidak orang lain ketahui. Belajar lebih banyak dari apa yang orang lain pelajari. Lakukan lebih banyak dari apa yang orang lain lakukan. Itu membuat pencapaian orang orang menjadi berbeda.

Fighting! Hamasah! Ganbatte!

Salah satu ilmu yang saya dapat dari materi Character Building tadi pagi.

Gambar Mawar Berduri

Standard

Kemudian Kang Tora (Tony Raharjo) cerita waktu Beliau mengisi acara di sebuah SMA, lalu meminta anak anak SMA untuk menggambar yang memiliki makna kepada anak anak tersebut. Kemudian kepada salah satu anak perempuan ditanyakanlah arti gambar yang ia buat. Dia membuat mawar berduri dengan latar belakang hitam.

Kata anak tersebut: Seorang wanita sempurna seperti setangkai mawar berduri. Dan kesempurnaan mawar adalah pada durinya. Semua kisah,puisi,syair dari klasik hingga postmodern memberi tajuk ‘mawar berduri’ untuk gambaran kesempurnaan bunga. Namun terkadang orang menganggap duri pada mawar menganggu, merusak bahkan mengurangi keindahan kelopak mawar. Padahal justru dengan duri itulah setangkai mawar jadi sempurna, terjaga, terlindungi, tak dipetik sembarang orang.

Mawar adalah wanita, sedangkan duri pada mawar adalah aturan yang melekat dari Allah bagi seorang wanita. Banyak orang mengatakan aturan yang Allah buat untuk wanita, mengekang,sulit jodoh hingga sulit mendapatkan pekerjaan. Padahal seperti duri pada mawar justru aturan itu yang melindungi, menjaga dan membuat seorang wanita mulia. Seperti duri yang jadi penyempurna mawar. Maka aturan Tuhan yang menjadi penyempurna wanita. Dan jika mawar berduri adalah mawar sempurna. Pastinya, wanita dengan aturan yang melekat dari Tuhannya pula wanita yang sempurna.

Seorang wanita sempurna seperti mawar berduri di tepi jurang. Bukan mawar di tengah taman. Jika mawar ada di tengah taman cenderung semua tangan bisa memetiknya, dari orang biasa hingga orang kurang ngajar yang nekat memetik walaupun ada tulisan “Dilarang Memetik Bunga”. Walau ada larangannya orang tetap berani memetik toh dibawah tulisan larangan itu hanya tertulis ancaman “denda sekian puluh ribu rupiah atau kurungan sekian bulan”. Tapi jika ada di tepi jurang tentu tak semua tangan berani menyentuhnya.

Maka wanita, tumbuhlah di tepi jurang. Hingga tak sembarang tangan lelaki bisa mencolekmu. Hingga jikapun suatu saat ada seorang lelaki memetikmu. Pastilah lelaki yang paling berani berkorban untukmu. Bukan sembarang tangan, bukan sembarang orang, bukan sembarang lelaki. Karena wanita bukanlah barang murah yang boleh disentuh seenaknya. Bukan barang hiasan yang bisa dipetik dengan ancaman kecil.

 

Baru saja saya melihat blog seseorang dan ada pula tulisan ini. Makna mawar berduri yang dibuat siswi sma saat itu, dituliskan kang Tora di bukunya “Dua Hati Yang Berlayar” (Liebe publishing,2007).

Subhanallah, indahnya menghargai diri sendiri 🙂

 

Penciptaan Wanita

Standard

Tadi pagi saya ikut pelatihan LKMM tingkat fakultas, di salah satu materinya Character Building oleh Kang Tony Raharjo ada selingan yang menarik hati. (Sebenernya semua materi yang dikasih menarik hati dan pikiran). 2 posting dulu ya 🙂

Yang satu ini… : keren banget (jargon LKMM 2013 pake gaya yockie, adek tingkat saya, haha)  Oke, mulai ya…

KETIKA TUHAN MENCIPTAKAN WANITA, DIA LEMBUR PADA HARI KE-ENAM. MALAIKAT DATANG DAN BERTANYA,

Malaikat           :  “Mengapa begitu lama, Tuhan?”

Tuhan               :  “Sudahkan engkau lihat semua detail yang saya buat untuk menciptakan mereka? Dua tangan ini harus bisa dibereskan, tetapi bahannya bukan dari plastik. Setidaknya terdiri dari 200 bagian yang bisa digerakkan dan berfungsi baik untuk segala jenis makanan. Mampu menjaga banyak anak saat yang bersamaan. Punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan…., dan semua dilakukannya cukup dengan dua tangan ini.” 

MALAIKAT PUN TAKJUB.

Malaikat           :  “Hanya dengan dua tangan?…. impossible!! Dan itu model standard?! Sudahlah Tuhan, cukup dulu untuk hari ini, besok kita lanjutkan lagi untuk menyempurnakannya.”

Tuhan               :  “Oh… Tidak, aku akan menyelesaikan ciptaan ini, karena ini adalah ciptaan favorit saya. O ya…. Dia juga akan mampu menyembuhkan dirinya sendiri, dan bisa bekerja 18 jam sehari.”

 

MALAIKAT MENDEKAT DAN MENGAMATI BENTUK WANITA CIPTAAN TUHAN ITU. 

Malaikat           :  “Tapi ENGKAU membuatnya begitu lembut TUHAN ?”

Tuhan               :  “Yah.. SAYA membuatnya lembut. Tapi ENGKAU belum bisa bayangkan kekuatan yang SAYA berikan agar mereka dapat mengatasi banyak hal yang luar biasa.”

Malaikat           :  “Dia bisa berpikir?”

Tuhan               :  “Tidak hanya berpikir, dia mampu bernegosiasi.”

 

MALAIKAT ITU MENYENTUH DAGUNYA….

 Malaikat           :  “TUHAN, ENGKAU buat ciptaan ini kelihatan lelah & rapuh! Seolah terlalu banyak beban baginya.” 

Tuhan               :  “Itu bukan lelah atau rapuh….itu air mata.”

Malaikat           :  “Untuk apa?”

 

TUHAN MELANJUTKAN….

 Tuhan               :  “Air mata adalah salah satu cara dia mengekspressikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan, dan kebanggaan.”

Malaikat           :  “Luar biasa, ENGKAU jenius TUHAN. ENGKAU memikirkan segala sesuatunya, wanita ciptaanMU ini akan sungguh menakjubkan!”

Tuhan               :  “Ya pastii…! Wanita ini akan mempunyai kekuatan mempesona laki-laki. Dia dapat mengatasi beban bahkan melebihi laki-laki. Dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri. Dia mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit. Mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan. Dia berkorban demi orang yang dicintainya. Mampu berdiri melawan ketidakadilan. Dia tidak menolak kalau melihat yang lebih baik. Dia menerjunkan dirinya untuk keluarganya. Dia membawa temannya yang sakit untuk berobat. CINTANYA TANPA SYARAT. Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang. Dia girang dan bersorak saat melihat kawannya tertawa. Dia begitu bahagia mendengar kelahiran. Hatinya begitu sedih mendengar berita sakit dan kematian. Tetapi dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup. Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.

Hanya ada satu hal yang kurang dari wanita, DIA LUPA BETAPA BERHARGANYA DIRINYA…

Bukankah begitu indah penciptaannya, readers? Malaikat pun tahu. Mungkin wanita yang tidak tahu, mungkin belum sadar.

Terima kasih, kami sangat dihargai dan sudah seharusnya kami sadar tentang hal ini 🙂 

Quote

So many times I retweeted about people’s achievement and liked people’s status about other people’s achievement. I did it to give me a positive sign. Then, I thought, why did I only do it? They have time to make achievements . So why can’t I ? Then, I must try and try… till I make it. Till I can retweet the news about some achievements by me and shared positive signs. Like people did it to me 🙂

So many times I…